Bukankah bahasa roh sudah berhenti?
Ini pertanyaan yang sering harus saya jawab dari banyak orang Kristen yang mempertanyakan kesahihan dan keabsahan bahasa roh yang dipraktikkan banyak gereja sekarang ini. Untuk pertanyaan ini saya harus menjawabnya dengan tafsiran pribadi atas beberapa ayat. Sekali lagi, jawaban saya ini berdasarkan tafsiran pribadi, jadi saya mempersilakan bagi yang tidak sependapat dengan saya.
Para pendukung pendapat bahwa bahasa roh sudah berhenti menyatakan bahwa karunia ini sudah tidak lagi ada sejak berakhirnya masa para rasul atau kira-kira sebelum tahun 100 M. Para ahli sejarah memang tidak menemukan adanya bukti dipraktekkannya bahasa roh oleh gereja semenjak meninggalnya para rasul atau ketika memasuki abad kedua. Pada masa itu fenomena glossolalia hanya ditemukan pada kelompok bidah Montanus, sementara tidak ada gereja atau komunitas Kristen lain yang mempraktekkannya. Fenomena bahasa roh baru kembali muncul di zaman modern bersamaan dengan kebangkitan gerakan Pentakosta.
Alasan lain yang mendukung bahwa bahasa roh sudah berhenti adalah pernyataan rasul Paulus bahwa kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; BAHASA ROH AKAN BERHENTI; pengetahuan akan lenyap[1].
Nah, secara pribadi saya MENYANGKAL atau – katakanlah – TIDAK MENYETUJUI pernyataan bahwa bahasa roh sudah berhenti. Apakah bahasa roh akan berhenti? YA, berdasarkan 1 Korintus 13:8, saya sangat setuju bahwa bahasa AKAN berhenti. Tetapi saya rasa sekarang bukanlah waktunya. Sekali lagi, ini pendapat saya berdasarkan tafsiran pribadi. Apa saja alasan saya?
Pertama, kembali kepada fungsi utama bahasa roh sebagai sebuah tanda (baca tulisan sebelumnya). Pada masa ini, menurut saya, bahasa roh masih diperlukan ada sebagai sebuah tanda. Karena itu, rasanya tidaklah pas kalau dikatakan bahasa roh sudah berhenti sekarang ini.
Kedua, memang adalah fakta bahwa sejak meninggalnya rasul Tuhan Yesus yang terakhir, bahasa roh tidak lagi ada di dalam gereja. Tetapi kembali kepada 1 Korintus 13:8, kata “berhenti” menggunakan kata “pauo” yang salah satu makna harafiahnya adalah “pause”, yaitu berhenti sementara atau jeda atau sela. Apalagi dalam ayat 10 dan 12 dinyatakan kapan bahasa roh akan benar-benar berhenti, dikatakan “saat yang sempurna datang”, saat “kita akan melihat muka dengan muka”. Yah, memang ada banyak tafsiran tentang hal ini, tetapi pernyataan-pernyataan itu bagi saya berarti satu tempat dan satu waktu: langit baru dan bumi baru.
Ketiga, untuk menggunakan 1 Korintus 13:8-14, saya perlu menunjukkan tafsiran saya atas konteks gereja Korintus di waktu itu yang saya lihat sangat relevan dan paralel dengan kondisi gereja di masa kini. Waktu Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Korintus, di ada di kota Efesus. Paulus tidak melihat sendiri kondisi gereja Korintus, tetapi dia mendengarkan berita dari sumber yang pasti dapat dipercayainya.
Tidak bisa disangkal bahwa gereja Korintus adalah gereja yang bertumbuh. Korintus adalah gereja yang benar-benar mempraktikkan karunia-karunia roh secara luar biasa, salah satunya adalah bahasa roh. Tetapi di sisi yang lain, gereja Korintus juga didera permasalahan yang tidak bisa dianggap sepele. Kalau kita baca surat Korintus seluruhnya, kita bisa mendapatkan petunjuk hal-hal apa saja yang diserang oleh Paulus. Hilangnya kasih di jemaat ini adalah salah satunya, dosa-dosa seksualitas, hingga perpecahan tingkat akut. Lebih khusus tentang glossolalia – seperti yang sudah saya tulis sebelumnya – rupanya, ada banyak agama dan sekte di kota Korintus yang juga mempraktikkan glossolalia.
Berkaitan dengan hal-hal di atas, ada dorongan di antara jemaat Korintus sendiri supaya Paulus turun tangan mengatasinya. Bahasa roh yang dipraktikkan di gereja Korintus semakin dipertanyakan di antara para murid Paulus. Dengan banyaknya perilaku menyimpang di antara jemaat yang notabene berbahasa roh, dan sulitnya membedakan mana glossolalia yang datang dari Roh Kudus dengan yang bukan, sangat dirasakan dibutuhkannya keputusan dari Paulus. Sayangnya Paulus tidak secara fisik bisa melihat apa yang terjadi di gereja Korintus.
Seandainya Paulus ada di sana, pasti dia bisa dengan segera menghentikan orang yang berbahasa roh jika didapatinya bahwa itu bukan datang dari Roh Kudus. Saya sudah bertemu dengan banyak pendeta yang membebaskan jemaatnya berbahasa roh. Tetapi saya juga tahu segelintir hamba Tuhan yang dengan tegas menghentikan jemaatnya yang berbahasa roh jika itu tidak datang dari Roh Kudus. Hamba-hamba Tuhan ini sangat tahu bahwa tidak semua glossolalia datang dari Roh Kudus, dan memang dibutuhkan kepekaan untuk hal itu.
Inilah yang sebenarnya menjadi dilema dari Paulus, dia tidak bisa hadir secara fisik, tetapi dia juga tahu bahwa tidak semua bahasa roh yang dipraktikkan oleh gereja Korintus datangnya dari Roh Kudus. Desakan untuk membuat keputusan pelarangan berbahasa roh semakin kuat. Paulus sangat tahu bahwa melarang jemaat untuk berbahasa roh akan menimbulkan dampak yang tidak baik, karena Paulus juga tahu bahwa memang ada karunia bahasa roh yang sungguh-sungguh dikerjakan oleh Roh Kudus. Maka inilah jawaban Paulus berkenaan dengan bahasa roh, “… janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”[2]
Maka, di dalam 1 Korintus 14, kita bisa membaca sendiri bagaimana Paulus memberikan rambu-rambu tentang berbahasa roh di dalam pertemuan ibadah, sekaligus untuk membedakan mana bahasa roh yang dikerjakan oleh Roh Kudus dengan yang bukan.
- Hanya boleh 2-3 orang yang berbahasa roh dan harus ditafsirkan. Jika tidak ditafsirkan, lebih baik berdiam diri[3].
- Kesopanan, keteraturan, dan damai sejahtera harus dijaga, tidak boleh ada kekacauan[5].
Maka, ini menguatkan pendapat saya sebelumnya. Kalau Paulus menyatakan bahwa bahasa roh sudah berhenti, maka tidaklah mungkin Paulus memberikan rambu-rambu seperti di atas.
Nah, berkenaan dengan apa yang saya tuliskan di atas, yang saya mau katakan adalah orang yang berbahasa roh itu sebenarnya punya tanggung jawab yang sangat besar.
- Kalau Anda berbahasa roh, pastikan hidup Anda menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Firman. Kalau Anda berbahasa roh, dan orang lain melihat hidup Anda yang seenaknya, kejadian Korintus akan terulang. Semakin banyak orang yang mempertanyakan bahasa roh itu. Anda menintakan bahasa roh, Anda menghina Roh Kudus, dan Anda mencoreng wajah Tuhan Yesus.
- Baca 1 Korintus 14:13! Kalau Anda berbahasa roh, Alkitab mengharuskan Anda berdoa supaya kepada Anda diberikan karunia untuk menafsirkannya.
Alkitab memberikan jawaban yang jelas, keras, dan tegas kan?
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Pingback: Bahasa roh (5)
amin pak tulisannya sangat alkitabiah…….apabila kita dikaruniakan karunia bahasa roh, maka kita perlu minta karunia membedakan roh, setelah itu kita meminta karunia menafsirkan bahasa roh atau harus bedampingan dengan orang yg punya karunia menafsirkan bahasa roh…..Tuhan Yesus memberkati
Terima kasih kunjungannya, TUHAN Yesus berkati.