Para Rasul Pun Berdebat

      No Comments on Para Rasul Pun Berdebat

Bukan, ini tidak ada hubungannya dengan Pemilihan Presiden 2024 ataupun debat calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Sampai hari ini saya tidak punya niat menuliskan sesuatu tentang Piplres 2024.

Ini tentang Alkitab menunjukan bagaimana gereja menyelesaikan konflik sejak gereja-gereja perdana lahir di muka Bumi.

1 Pada hari-hari itu, beberapa orang dari provinsi Yudea datang ke Antiokia dan mengajarkan kepada saudara-saudari pengikut Yesus, “Kalau kalian yang bukan Yahudi tidak mengikuti adat sunat yang diajarkan Musa, kalian tidak akan selamat.” 2 Tetapi Paulus dan Barnabas menentang ajaran itu. Sesudah terjadi perdebatan serius, saudara seiman di Antiokia memutuskan untuk mengutus Paulus, Barnabas, serta beberapa orang lain pergi menemui para rasul dan para pemimpin tertinggi di Yerusalem untuk membahas masalah itu. 3 Jadi, dengan dukungan dari jemaat, mereka pergi ke Yerusalem. Sambil melewati provinsi Fenisia dan Samaria, mereka juga mengunjungi saudara-saudari seiman di situ dan menceritakan bahwa banyak orang bukan Yahudi sudah bertobat dan mengikut Yesus. Mendengar hal itu, mereka semua sangat bersukacita. 4 Setibanya di Yerusalem, rombongan Paulus disambut dengan baik oleh para rasul dan pemimpin jemaat serta saudara-saudari seiman yang lain. Lalu Paulus dan Barnabas melaporkan semua yang sudah Allah lakukan melalui mereka. 5 Tetapi beberapa pengikut Kristus yang sebelumnya termasuk kelompok Farisi berdiri dan berkata, “Orang-orang percaya yang bukan Yahudi harus disunat, dan kita perlu menyuruh mereka menaati semua hukum Taurat.” 6 Kemudian rasul-rasul dan para pemimpin berkumpul untuk membicarakan masalah itu. 7 Sesudah perdebatan yang panjang, Petrus berdiri dan berkata, “Saudara-saudara, kalian tahu bahwa sejak dulu, Allah sudah memilih saya dari antara kita untuk menjadi orang pertama yang memberitakan Kabar Baik kepada orang bukan Yahudi, supaya mereka percaya kepada Kristus. 8 Dan Allah, yang tahu isi hati setiap orang, sudah menerima orang yang bukan Yahudi itu. Allah menunjukkan hal itu kepada kita dengan memberikan Roh Kudus kepada mereka sama seperti yang sudah diberikan-Nya kepada kita. 9 Allah sama sekali tidak membeda-bedakan antara kita dengan mereka. Sama seperti yang terjadi pada kita, saat mereka percaya, Allah juga membersihkan hati mereka. 10 Jadi sekarang, kenapa kalian menentang Allah dengan menyusahkan saudara-saudari seiman yang bukan Yahudi itu? Baik kita maupun nenek moyang kita tidak pernah mampu melakukan seluruh hukum Taurat. Lalu kenapa membebani mereka dengan semua itu? 11 Sebaliknya, kita percaya bahwa kita orang Yahudi hanya bisa diselamatkan melalui kebaikan hati Tuhan Yesus. Hal yang sama juga berlaku untuk mereka yang bukan Yahudi.” 12 Lalu semua yang hadir pun terdiam dan mendengarkan Barnabas dan Paulus, yang menceritakan semua keajaiban yang sudah Allah lakukan melalui mereka di antara orang yang bukan Yahudi. 13 Sesudah mereka berdua selesai berbicara, Yakobus berkata, “Saudara-saudara, dengarkan saya. 14 Petrus sudah menceritakan kepada kita bagaimana untuk pertama kalinya Allah menunjukkan kebaikan hati-Nya kepada orang yang bukan Yahudi, di mana banyak orang diangkat dari antara mereka menjadi umat-Nya. 15 Hal itu terjadi sesuai dengan yang sudah dinubuatkan oleh salah satu nabi, seperti yang tertulis, 16 ‘Sesudah itu, Aku akan kembali dan membangun lagi kerajaan Daud yang sudah runtuh. Aku akan membangun reruntuhan itu dan meneguhkannya kembali. 17 Sebab Aku ingin sisa manusia yang masih tertinggal mencari TUHAN, termasuk semua bangsa yang bukan Yahudi, yaitu mereka yang sudah Aku pilih untuk menjadi umat-Ku. Begitulah kata TUHAN, yang akan melaksanakan semua hal ini.’ 18 ‘Dialah yang sudah memberitahukan rencana-rencana-Nya ini jauh sebelum hal-hal itu terjadi.’” 19 Lalu Yakobus melanjutkan, “Karena itu, menurut pendapat saya, kita jangan menyusahkan orang bukan Yahudi yang sudah mulai bertobat dan kembali kepada Allah. 20 Kita hanya perlu mengingatkan mereka tentang hal-hal yang prinsip, yaitu,
– jangan terlibat dalam apa pun yang berhubungan dengan berhala, termasuk makan sajian persembahannya,
– juga jangan makan daging binatang yang mati dicekik,
– atau apa saja yang mengandung darah,
– dan jangan melakukan percabulan.
21 Larangan-larangan ini bukan hal baru bagi mereka, karena sejak dulu sampai sekarang hukum Taurat sudah diajarkan setiap hari Sabat di dalam rumah pertemuan orang Yahudi di setiap kota.”[1]

Sebagai orang yang memiliki sedikit kepribadian Plegmatis, yang dicirikan dengan anti konflik, saya cukup kaget menemukan bahwa saya menikmati perdebatan-perdebatan di rapat gereja. Tentu saja dalam perdebatan-perdebatan yang sehat. Saya tidak masalah di mana emosi bermunculan ketika perdebatan terjadi di rapat gereja, karena setelah rapat selesai kami pasti masih ngopi bersama, atau pergi jajan ke hik bersama-sama.

Rupanya, sejak lahirnya, gereja tidak pernah anti perdebatan. Dari bacaan di atas, kita bisa menemukan bagaimana debat menjadi bagian dari tradisi gereja memutuskan suatu perkara.

Di awal pasal ini kita menemukan pekara pelik yang dimunculkan oleh orang-orang Kristen berlatar Yahudi dari Yudea. Tafsiran Matthew Henry menuliskan judul perikop ini sebagai “Controversy Raised at Antioch; Bigotry of the Jewish Converts.” Bukan hanya masalah kecil, tetapi sampai menimbulkan kontroversi di dalam gereja di Antiokia. Masalah utamanya adalah jelas kefanatikan.

Di ayat 2 kita sudah membaca ada pertentangan, tetapi pertentangan ini mewujud dalam perdebatan – perdebatan yang serius. Bukan dengan kasak-kusuk di belakang – ngrasani kalau dalam bahasa Jawa, bukan pula dengan memboikot, apalagi dengan menulis status di media sosial. Ini lho salah satu bentuk pertentangan yang sehat. Saya selalu mengatakan, “ide lawan dengan ide, tulisan lawan dengan tulisan”.

Kalau tidak setuju dengan ide, munculkan ide tandingan. Kalau tidak setuju dengan khotbah saya, buat khotbah yang melawan. Kalau tidak setuju dengan tulisan saya, lawan dengan tulisan juga. Saya menulis seribu kata lebih, lalu Anda lawan dengan status yang hanya 140 karakter, ya tidak setara lah. Bukan curhat ini lho.

Lanjut!

Kalau ada kontroversi yang punya potensi merusak gereja atau komunitas rohani kita, apa yang harus dilakukan? Sampaikan kepada lembaga pemimpin gereja. Itu yang ditunjukkan oleh gereja di Antiokia. Mereka mengutus Barnabas, Paulus, dan beberapa orang lainnya ke Yerusalem untuk meminta pendapat. Ingat, waktu itu kepemimpinan gereja ada di tangan para rasul yang ada di Yerusalem. Saya menyebutkan lembaga kepemimpinan gereja, bukan pemimpin gereja. Karena sejak mula-mula, gereja tidak pernah menerapkan kepemimpinan tunggal. Sekali lagi, gereja tidak pernah menerapkan kepemimpinan tunggal. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana para rasul bersidang.

Sekali lagi di ayat 7, kita menemukan sebuah perdebatan yang panjang.

Di sini sebenarnya saya melihat bagaimana demokrasi itu menjadi bagian dari gereja sejak kelahirannya. Saya menemukan beberapa prinsip yang bisa kita contoh, ketika terjadi perdebatan di dalam rapat gereja.

  1. Bawa kepada Firman Tuhan, kembalikan kepada prinsip-prinsip kebenaran Firman.
  2. Jangan hanya mendengarkan satu orang, izinkan beberapa orang menyampaikan pendapat. Jangan melarang orang-orang tertentu berpendapat. Di bacaan kita di atas, kita bisa melihat bagaimana Petrus, Barnabas, Paulus, dan Yakobus berpendapat.
  3. Yang jauh lebih penting, perhatikan ayat 12! Diamlah ketika orang lain sedang berbicara.
  4. Temukan semua fakta dan kebenaran. Di ayat 4 dan 12 dituliskan bagaimana Paulus dan Barnabas “melaporkan semua” dan “menceritakan semua”.
  5. Baru kemudian ambil keputusan dan tindakan, pastikan keputusan disampaikan dengan sejelas-jelasnya.
  6. Jangan lupa memiliki rekaman dari keputusan itu, bisa tertulis secara manual atau tersimpan secara digital.

Bagaimana jika ada yang tidak setuju dengan keputusan itu? Pasti sangat mungkin terjadi. Bagi saya, silakan saja. Tetapi keputusan bersama merupakan persetujuan bersama yang musti dikerjakan bersama. Ketidaksetujuan itu hal yang wajar, tetapi pelayanan harus tetap dikerjakan.

Kalau kita baca pasal 15 ini sampai akhir, kita akan menemukan bagaimana terjadi ketidaksepatakan antara Barnabas dengan Paulus, bahkan sampai kepada perselisihan yang tajam, sehingga mereka berdua sampai berpisah jalan. Tetapi, pelayanan mereka berdua tetap berjalan, jiwa-jiwa harus dimenangkan.

Penutup ya.

Ketika di dalam rapat gereja terjadi perdebatan – yang seharusnya kita tidak anti terhadapnya – harus dipahami bahwa masing-masing kita, di dalam hati kita, termotivasi oleh pernyataan “saya mau memberikan yang terbaik untuk Tuhan” atau “inilah yang terbaik bagi Tuhan melalui pelayanan ini”. Jadi, tiap-tiap orang digerakkan oleh pemikiran yang sama sebenarnya. Hanya saja memang seringkali apa yang terbaik menurut saya, belum tentu yang terbaik menurut Anda. Di sinilah diperlukan banyak mendengar, terlebih mendengar suara Tuhan.

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  1. [1]Kisah Para Rasul 15:1-21 (Terjemahan Sederhana Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.