Kemarin ceritanya ulang tahun dari mbah buyutnya Prisha. Karena saya ada pelayanan, sementara bundanya tidak mungkin meninggalkan Kinan, maka kami meminta Om dan Tantenya mengajak Prisha ke rumah mbah buyutnya.
Seperti biasanya, pesan bapaknya adalah tidak boleh buka masker, harus tetap dipakai. Kemarin ditambah satu pesan lagi kalau tidak boleh mampir kemana-mana. Prisha kalau mau mampir ke mana, pasti akan dituruti Om dan Tantenya.
Untuk pesan pertama, ini anak memang sudah terlanjur setia dengan masker. Senang sih memberi pengertian tentang Covid sejak dia berusia 2 tahun tidak sia-sia. Kami dapat kiriman fotonya saat di rumah mbah buyutnya, dan Prisha masih ingat pesan bapaknya untuk selalu pakai masker.
Nah, pesan kedua bapaknya yang dilanggarnya. Dia ajak Om dan Tantenya main ke taman. Sesampainya di rumah, pasti dong bapaknya pasang wajah serem dulu. Ini percakapan kami:
Bapak : “Mampir pundi, Mbak?”
Prisha : “Ke taman”
Bapak : “Bapak ‘kan sudah ngendika, langsung pulang, tidak mampir ke mana-mana.”
Prisha : “Kan mbak Isha tetep pakai masker.”
Bapak : “Apa ora jajan?”
Prisha : “Mbak Isha beli gulali”
Bapak : “Lha iku, yen maem gulali kan buka masker to”
Prisha : “Kan mbak Isha makannya di rumah, tidak di taman”
Ya apa sih yang dibanggakan oleh orang tua selain dari anak-anaknya. Tetap taat, dan pastinya cerdas 🙂 Okay, itu sepenggal percakapan kami.
Kalau Anda memperhatikan kisah-kisah saya dengan anak saya ini, ada kebiasaan anak ini memanggil dirinya dengan namanya sendiri. Dia tidak menggunakan kata aku atau saya. Bisa jadi karena kami memanggilnya dengan sebutan mbak Prisha, maka dia mengulang sebutan itu untuk dirinya sendiri.
Dalam ilmu bahasa, ini disebut sebagai ileisme, yaitu penggunaan nama diri untuk merujuk dirinya sendiri. Apakah ini terjadi pada semua anak-anak? Saya juga kurang tahu. Cuma saya kenal teman yang sampai dewasa masih menggunakan ileisme ini. Terakhir bertemu saat dia masih kuliah, dan masih juga dengan ileismenya.
Apakah Prisha akan mempertahankan ileisme ini sampai dia dewasa? Ya, tidak tahu juga. Bisa jadi pergaulan dan perkembangannya akan mengubah ini.
Tidak ada yang aneh sih jika orang dewasa juga menggunakan ileisme. Saya rasa cuma soal pilihan gaya bahasa saja.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.