Masih ingat petikan kisah ini?
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.“[1]
Berapa kali kita mendengar khotbah ini? Tetapi berapa kali juga kita mendengar seruan dari mimbar “percayalah dan engkau akan melihat mujizat-Nya”? Bukankah terdengar seperti kontradiksi. Pernyataan Tuhan Yesus di atas bukan hanya untuk Tomas lho, itu untuk kita semua. Lihat kenyataan yang terjadi di gereja sekarang. Kita ini generasi yang menjadi manja karena mujizat, bahkan sampai pada titik kecanduan mujizat.
Tidak ada yang salah dengan mujizat. TUHAN kita adalah Allah yang penuh mujizat. Amin untuk itu. Yang jadi masalah adalah sikap kita terhadap mujizat itu lho. Lihat to pernyataan Tuhan Yesus di atas, “Berbahagialan mereka yang tidak melihat, namun percaya”. Tuhan jelas sanggup mengadakan mujizat, apa susahnya itu bagi Dia. Tetapi kalau Dia tidak melakukan mujizat, apakah Dia bukan Tuhan yang mahakuasa? Maka, tulisan ini muncul dari sebuah khotbah saya. Mengandalkan Tuhan jelas tidak sama dengan mengandalkan mujizat!
Alkitab adalah buku yang penuh dengan kisah mujizat dan tanda heran. Tetapi harus diingat — seperti telah saya utarakan di sini — setiap mujizat itu punya alasan dan tujuannya. Kita baca ya kelanjutan kisah di atas.
Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.[2]
Kata “tanda” (Yunani: semeion) berarti rambu-rambu, petunjuk arah. Kalau mujizat itu petunjuk arah, lalu mengarah ke mana? Tinggal dibaca kelajutannya, “… supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” Setiap mujizat yang terjadi mengarah kepada Tuhan Yesus Kristus. Nah, jadi nyambung to pernyataan Yesus kepada Tomas dengan tujuan mujizat.
Sekarang perhatikan ayat ini!
Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya … [3]
Jesus had done many powerful things for the people to see. But some people in the cities did not believe in him. These people did not want to stop doing wrong things. And they did not want to start obeying God.[4]
Kalau Tuhan mengadakan mujizat, lihat ada tiga tujuannya:
- Kita percaya kepada Tuhan Yesus;
- Kita bertobat; dan
- Kita hidup dalam ketaatan kepada kehendak-Nya.
Betapa mengecewakan dan memalukan hati Kristus, kalau kita mengalami mujizat, bahkan mungkin mendemonstrasikan mujizat, tetapi masih hidup dalam dosa dan terjebak dengan gaya hidup dunia.
Lagian, jangan berpikir bahwa Tuhan begitu saja akan memanjakan kita dengan mujizat-mujizat-Nya, ada satu waktu di mana Alkitab menulis bahwa Tuhan “mengeluh” akan generasi yang selalu meminta mujizat.
Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.
Di mana ayatnya itu? Saya tinggalkan untuk PR ya bagi Anda. Tetapi mari perhatikan pernyataan di atas. Apa tidak ngeri melihat Tuhan mengeluh dengan sikap kita yang selalu meminta mujizat. Dan untuk orang-orang macam ini, perlakuan Tuhan lebih dahsyat, “Ia meninggalkan mereka”! Baca itu!
Mungkin akan esktrim pertanyaan saya ini, apakah kita berani berkata “Aku tidak ingin mujizat, karena aku sudah punya Yesus!”? Jangan salah, saya sangat mengimani bahwa mujizat masih terjadi, bahwa Tuhan mampu mengadakan mujizat hingga saat ini, tetapi pertanyaannya jika tidak ada satu pun mujizat terjadi di hidup kita, apakah kita masih bermazmur, “Yesus saja cukup bagiku?”. Bertolak dari pernyataan Yesus kepada Tomas, saya akan mengatakan ini kepada Anda: berbahagialah engkau jika engkau tidak mengalami mujizat dalam hidupmu.
Mujizat itu bukanlah tanda kekudusan dan ketaatan, bukan pula tanda bahwa seseorang diberkati ataupun beroleh perkenanan Tuhan. Kurang apa orang dalam Matius 7:22 yang “mengadakan banyak mujizat”, bukan sekedar satu dua mujizat lho, banyak mujizat. Toh, pada akhirnya Tuhan menolak dan mengusir dia.
Bertanggung jawablah dengan hidup kita, mengandalkan Tuhan tidak sama dengan memanfaatkan Dia!
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Pingback: Tuhan Yesus mengeluh? | Martianus' Blog