Ketika kecerdasan buatan (AI) membuat khotbah

Kecerdasan buatan bisa membuat khotbah? Lhoh, belum tahu toh Anda? Akhir tahun 2022 kemarin sedang viral dengan yang namanya Chat GPT. Ini adalah sebuah perangkat lunak buatan OpenAI yang berupa robot virtual yang dapat mensimulasikan percakapan seperti manusia. Sederhananya, kita bisa melalukan chat dengan aplikasi ini selayaknya berbincang-bincang dengan manusia.

Meski diklaim baru berupa prototipe, ChatGPT ini mampu menjawab pertanyaan yang sulit secara komprehensif. ChatGPT ini menjawab percakapan dengan responsif, layaknya manusia, tidak seperti dia yang kalau di-chat tidak segera dibalas.

Iseng-iseng, saya minta AI ini untuk membuat khotbah dari Yohanes 1:29-42, karena ini ayat yang dikhotbahkan di gereja hari Minggu kemarin.

Pertanyaan saya:

Buatlah khotbah dari Yohanes 1:29-42!

Jawaban ChatGPT:

Dalam kitab Yohanes, kita dibawa pada pertemuan antara Yesus dan murid-murid-Nya yang akan menjadi pemimpin dalam jemaat Kristen. Dalam pasal 1:29-42, kita melihat Yohanes Pembaptis menyatakan Yesus sebagai “Lambung (red: Anak Domba) Allah yang menghapus dosa dunia.”

Ini adalah pengakuan yang penting, karena melalui darah Yesus, kita dibersihkan dari dosa kita dan diterima oleh Allah. Kita tidak perlu lagi takut akan kemarahan Allah atau pembalasan karena kita telah ditebus oleh Yesus.

Selain itu, kita juga melihah murid-murid Yohanes yang mengikuti Yesus dan menjadi pemimpin dalam jemaat. Ini menunjukkan bahwa kita juga dapat mengikuti Yesus dan menjadi pemimpin dalam komunitas kita. Kita tidak perlu menunggu untuk diberi karunia atau kemampuan khusus, kita hanya perlu mengikuti Yesus dan menjadi saksi-Nya di dunia ini.

Saudara-saudara, marilah kita terus mengingat bahwa kita ditebus oleh Yesus dan diterima oleh Allah. Dan marilah kita mengikuti Yesus dan menjadi pemimpin dalam jemaat kita, menjadi saksi-Nya di dunia ini. Amin.

Ketika saya melakukan “regerate response”, ChatGPT membuat lagi satu khotbah:

Saudara-saudara sekalian, hari ini kita akan merenungkan ayat-ayat dari Yohanes 1:29-42. Dalam ayat-ayat ini, kita dapat melihat bagaimana Yohanes Pembaptis mengenali Yesus sebagai Anak Allah dan menyatakan diri sebagai pembaptis yang tidak layak untuk mengikat atau melepaskan sepatu dari kaki Yesus.

Ayat 29 menyatakan bahwa ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus datang kepadanya, ia berkata, “Lihatlah, Anak Allah yang datang, yang akan menanggung dosa dunia!” Dengan kata lain, Yohanes mengakui Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan oleh Allah untuk menebus dosa manusia.

Ayat 34 menyatakan, “Ia adalah Anak Allah.” Yohanes tidak ragu-ragu dalam mengakui Yesus sebagai Anak Allah. Ini adalah pengakuan yang sangat penting karena menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya seorang nabi atau rasul, tetapi juga Allah yang dalam daging.

Ayat 36 menyatakan, “Melihat Yesus berjalan, Yohanes berkata, “Lihatlah, Anak Allah!” Ia mengulangi pengakuan ini sekali lagi untuk menegaskan kebenaran tentang Yesus.

Ayat 38 menyatakan, “Yohanes Pembaptis menyatakan, “Aku tidak layak untuk mengikat atau melepaskan sepatu dari kaki-Nya.” Dengan kata lain, Yohanes mengakui bahwa ia tidak memiliki kekuatan atau kemuliaan yang cukup untuk memahami atau mengubah jalan hidup Yesus.

Saudara-saudara, dari ayat-ayat ini kita dapat melihat betapa pentingnya pengakuan akan Yesus sebagai Anak Allah. Tanpa pengakuan ini, kita tidak akan dapat memahami atau menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus. Kita harus mengikuti contoh Yohanes Pembaptis dan tanpa ragu-ragu mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Saudara-saudara, jangan ragu untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Mari kita berdoa agar kita diberi kekuatan dan keberanian untuk mengakui Yesus sebagai Anak Allah dan menerima keselamatan yang ditawarkan oleh-Nya. Amin.

Sekali lagi, saya melakukan perintah “regenerate response”, ChatGPT kembali membuat khotbah.

Pada hari itu, Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan berkata, “Inilah Anak Allah.” Yohanes menjadi saksi tentang Yesus dan berseru, “Inilah Dia yang saya katakan, ‘Seseorang yang datang setelah saya telah datang sebelum saya, karena Dia lebih utama dari saya.”

Yesus sendiri tidak mengakui diri-Nya sebagai Rasulullah, tetapi memberi kesaksian tentang diri-Nya. Ia berkata, “Sesungguhnya, aku datang dalam nama Bapa-Ku, dan kamu tidak menerima Aku. Jika lain datang dalam nama-Nya sendiri, kamu akan menerima dia.”

Dalam ayat ini, Yesus menunjukkan bahwa Dia adalah Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan. Ia datang dalam nama Bapa-Nya dan membawa keselamatan bagi umat manusia. Namun, banyak orang tidak menerima dia karena mereka tidak dapat menerima kebenaran yang dia bawa.

Ayat berikutnya menyatakan, “Bagaimana kamu dapat percaya, jika kamu menerima pujian dari satu sama lain, padahal pujian itu tidak datang dari Allah yang adil?” Dalam ayat ini, Yesus menyatakan bahwa kepercayaan yang sebenarnya harus berasal dari Tuhan, bukan dari manusia. Kita harus mencari kebenaran dari Tuhan dan tidak terpengaruh oleh opini atau pendapat orang lain.

Pada akhir ayat, Yesus menemukan dua murid yaitu Andres dan Yohanes, ia berkata kepada mereka, “Ikutlah Aku, dan Aku akan membuat kamu menjadi penebar ikan.” Dalam ayat ini, Yesus mengajak kita untuk mengikutinya dan menjadi penginjil yang menyebarkan Injil kepada orang lain.

Para saudara sekalian, marilah kita mengikuti jejak Yesus dan menjadi penebar ikan yang menyebarkan Injil kepada orang lain. Marilah kita mencari kebenaran dari Tuhan dan tidak terpengaruh oleh opini atau pendapat orang lain. Selamat beribadah.

Iseng, saya perintahkan buat khotbah dalam bahasa Jawa, ternyata bisa lhoh. Mungkin, kalau saya perintahkan lagi, AI ini akan membuat khotbah yang semakin panjang. Tidak sempurna pastinya. Memenuhi kaidah hermeneutika? Jelas tidak. Bagaimana dengan kita?

Seorang teman pernah berkata kepada saya, “Om, memberitakan Firman itu privilese.” Saya sangat sepaham dengannya. Benar sekali, memberitakan firman itu adalah hak istimewa. Pertanyaannya, kalau kita mendapatkan kesempatan memberitakan Firman apakah langsung kita iyakan? Ketika jadwal memberitakan Firman di hari Minggu, kapan kita mempersiapkannya? Di Sabtu Malam? Ataukah di Minggu pagi?

Jelas, saya sangat yakin bahwa kecerdasan buatan akan sangat menolong kita di masa depan, bahkan mungkin sampai menggantikan beberapa pekerjaan di masa depan. Pertanyaanya, apakah iya kita akan menyerahkan Amanat Agung kepada Artificial Intelligence?

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.