Sebagaimana umum diketahui, kitab-kitab dalam Perjanjian Baru – berdasarkan jenis tulisannya – dikelompokkan menjadi beberapa kriteria.
Tulisan singkat kali ini, saya ingin menunjukkan beberapa ciri khusus dari kitab surat-surat. Mengapa saya pandang ini penting, karena saya melihat ada tafsiran-tafsiran yang sembrono dan ngawur khususnya pada kitab Wahyu yang diajarkan kepada gereja-gereja sekarang ini.
Berbeda dengan surat-surat masa kini, pada rentang waktu penulisan Perjanjian Baru, sebuah surat mempunyai beberapa ciri khusus dengan urutan tertentu:
- Siapa pengirim surat tersebut;
- Kepada siapa surat tersebut ditujukan;
- Salam pembuka;
- Isi surat; dan
- Salam penutup.
Kita lihat salah satu contohnya ya, mari buka kitab Efesus.
Kita bisa membaca siapa pengirimnya.
“Dari Paulus, rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah, …”[1]
Kita juga bisa membaca kepada siapa surat itu ditujukan.
“… kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.”[2]
Kita juga bisa menemukan salam pembukanya.
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”[3]
Di ayat-ayat berikutnya, kita bisa membaca isi surat tersebut, sampai kemudian kita menemukan salam penutupnya.
Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa.[4]
Nah, kembali ke tujuan awal saya untuk meluruskan paradigma tentang kitab Wahyu. Penekanan pengajaran kitab Wahyu selama ini lebih kepada nubuatan yang akan terjadi di masa depan. Tidak salah, tetapi harus juga dipahami bahwa kitab Wahyu merupakan sebuah surat penggembalaan. Mengabaikan fakta kitab Wahyu sebagai sebuah surat penggembalaan akan mendistorsi penafsiran kitab ini. Kapan waktu akan saya tuliskan mengapa fakta ini sangat penting dalam penafsiran kitab Wahyu.
Sekarang kita lihat bukti kitab Wahyu juga merupakan sebuah surat penggembalaan.
Siapa pengirim suratnya jelas tertulis.
“Dari Yohanes …”[5]
Kepada siapa surat ini ditujukan juga jelas bisa kita baca.
“… kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil”[6]
Salam pembuka juga bisa ditemukan pada ayat yang sama.
“Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu …”[7]
Dan, salam penutupnya ada di bagian akhir kitab ini.
“Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.”[8]
Jadi, mohon benar-benar dipahami hal ini waktu kita mendengarkan pengajaran tentang kitab Wahyu. Apalagi bagi Anda yang mengajarkan dan berkhotbah tentang kitab Wahyu, jangan membuat penafsiran yang sembrono dan ngawur, tanpa memahami kitab Wahyu juga sebagai sebuah surat penggembalaan.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.