Firman Itu Berat

      No Comments on Firman Itu Berat

Hari Kamis lalu saat akan mengantar Prisha berangkat sekolah, saya angkat tasnya dan terasa lebih berat dari hari biasanya.

Saya: “Mbak, tasmu berat sekali.”
Prisha: “Bawa Alkitab, Bapak. Kalau Kamis ‘kan ada Kamis Reliji.” (Ini program sekolahnya Prisha di hari Kamis. Jadi, yang Muslim akan dikumpulkan sendiri, demikian juga yang Kristen, Katolik, maupun Hindu untuk beribadah singkat sebelum pelajaran dimulai.)
Saya: “Jadi berat lho ini.”
Prisha: “Lha, Alkitab ‘kan memang berat to.”

Kalimat Prisha ini menampar saya. Fakta, Alkitab itu berat, apakah ini juga yang membuat kita sudah tidak lagi membawa Alkitab ke gereja atau ke persekutuan-persekutuan? Tetapi, kalaupun Alkitab menjadi jauh lebih ringan di dalam gawai kita, mengapa kita lebih ringan membuka aplikasi sosial media daripada membaca Alkitab di dalam gawai kita?

Dan, selain fakta bahwa Alkitab itu berat (meskipun tidak sampai 1 kg), firman yang ada di dalamnya jauh lebih berat.

“Don’t look for shortcuts to God. The market is flooded with surefire, easygoing formulas for a successful life that can be practiced in your spare time. Don’t fall for that stuff, even though crowds of people do. The way to life—to God!—is vigorous and requires total attention.”[1]

Jalan Tuhan itu bukan jalan yang mudah — ataupun ringan — mengikut Tuhan itu penuh perjuangan yang keras dan berat!

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  1. [1]Matthew 7:13-14

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.