Entah apakah ini dirasakan semua orang tua atau tidak, tetapi bagi saya salah satu momen kebahagiaan adalah memandang anak-anak saya saat mereka sedang tidur. Saat malam hari sebelum tidur, saya bisa berdiam memandang mereka berdua sedang tidur, kadang tersenyum sendiri melihat polah mereka saat tidur.
Anak-anak saya punya kebiasaan bangun cukup pagi, dan seringkali istri dan saya menyuruh mereka tidur lagi. Bahkan saat jam 6 pagi, saya sering meminta Prisha untuk tidur lagi. Baru saya bangunkan saat mau berangkat kerja.
Bagi saya, untuk usia mereka, tidak masalah jika mereka mau bangun jam 7 atau bahkan jam 8 pagi. Tetapi seturut mereka bertumbuh secara usia dan dalam kedewasaan tentu saja hal ini harus berubah.
Sekiranya nanti anak saya sudah sekolah, dan sekolahnya mengadakan zoom meeting jam 7.30 WIB, tentu saja saya akan marah jika jam 6 pagi dia belum bangun.
Bayangkan ini, Anda adalah orang tua dari seorang anak yang bersekolah di kelas VII SMP. Setiap harinya pembelajaran di sekolahnya dimulai jam 7 pagi. Apakah Anda akan bahagia memandangi dia tidur nyenyak dan belum bangun di jam 06.30?
O’ya, saya sangat setuju dengan pernyataan bahwa kedewasaan tidak berkelindan dengan usia. Tetapi, apakah Anda senang bergaul dengan orang yang tidak sedewasa usianya?
Alkitab menuliskan hal ini:
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. [1]
Dewasa itu artinya mengubah cara kita berkata-kata, mengubah cara kita merasa, dan mengubah cara kita berpikir. Kedewasaan diukur oleh kemauan kita untuk berubah.
Tentu saja pilihan ada pada kita. Anda dan saya bisa memilih menua tanpa meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.