Baca: Yohanes 20; Lukas 24:13-33
Pengilhaman ini saya dapat waktu tadi pagi ibadah di Gereja, kebetulan pengkhotbahnya menyampaikan kebenaran tentang peristiwa di Emaus. Kalau kita baca Yohanes 20 dan Lukas 24:13-33, dapat kita temukan sebuah kesamaan dari dua kisah tersebut.
Dalam rangkaian kisah kebangkitan Tuhan Yesus Kristus dan 40 hari Dia menampakkan diri-Nya kepada beberapa orang, kita melihat bahwa Maria Magdalena, Kleopas, dan seorang murid lainnya (ada dua orang murid dalam kisah Emaus), mereka tidak segera menyadari dan mengenali kehadiran Yesus Kristus. Padahal sepanjang pelayanan Tuhan Yesus di dunia, mereka bersama-sama dengan Dia.
Apa yang menyebabkan mereka ini tidak menyadari kehadiran Tuhan, yang saat itu sangat dekat, berdiri, dan berjalan, bahkan berbincang-bincang dengan mereka? Dan ini juga sering terjadi dalam hidup orang Kristen sekarang ini. Tuhan Yesus hadir di dekat mereka, di hidup mereka, berjalan bersama mereka, tetapi mereka tidak menyadari kehadiran-Nya.
Pertama, krisis seringkali membuat kita tidak menyadari kehadiran Yesus dalam hidup kita. Hidup Maria Magdalena, dan juga murid-murid yang lain seperti dihancurleburkan oleh wafatnya Tuhan Yesus. Kematian seseorang yang kita kasihi, selain mengagetkan dan mengejutkan, seringkali memunculkan krisis dalam tahap tertentu di hidup kita. Kematian Yesus, bagi murid-murid-Nya sungguh menciptakan krisis. Bagi Maria Magdalena lebih lagi; bukan sekedar kematian-Nya, bagaimana cara Dia mati sungguh di luar pemikiran wanita yang satu ini. Ingat sepanjang proses Yerusalem ke Golgota, hingga saat kematian-Nya, Maria Magdalena menahan hatinya untuk tetap berada di sisi-Nya.
Sekarang di suatu pagi, saat wanita ini ingin memberikan penghormatan kepada tubuh Tuhannya, sang Rabi yang begitu dikasihinya, dengan penghormatan terbaik secara adat dan agama Yahudi, dia menemukan bahwa tubuh-Nya tidak lagi berada di tempat semula. Sebuah krisis yang membawa hati wanita ini semakin hancur. Hingga saat dia menoleh dan melihat Tuhan Yesus berdiri di sana, Maria Magdalena tidak mengenalinya; bahkan hingga saat Tuhan berbincang dengannya (Yohanes 20:14-15).
Memang krisis dan kesedihan membuat kita sukar menyadari bahwa Tuhan Yesus hadir, berdiri begitu dekat, bahkan mengatakan sesuatu kepada kita. Tajamkan telinga, tajamkan hati kita, bahkan saat di krisis yang begitu hebat sekalipun, Dia memanggil nama kita secara pribadi. Kenali Dia, sadari kehadiran-Nya, dan jawablah panggilan-Nya.
Kedua, mari lihat peristiwa saat Tuhan menampakkan diri kepada Kleopas dan seorang murid di perjalanan menuju Emaus. Tuhan Yesus berjalan bersama dengan mereka, berbincang-bincang dengan mereka, dan mereka tidak mengenali Dia. Ada sesuatu yang menghalangi mata mereka (Lukas 24:16) untuk mengenali Tuhan Yesus. Apakah sesuatu itu? Baca dengan seksama Lukas 24:19-21, ada pernyataan mereka seperti ini “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.”
Perhatikan itu, ada sebuah pengharapan dalam hidup mereka tentang Yesus. Pengharapan bahwa Mesias akan membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Mereka tidak kurang iman, mereka hanya kurang visi. Pengharapan-pengharapan yang salah tentang Yesus, membuat kita sukar menyadari kehadiran Tuhan. Apa yang salah dengan pengharapan? Apa yang salah tentang visi? Tidak ada! Tetapi Tuhan akan menghancurkan visi dan pengharapan Anda, jika visi itu bukan dari Allah.
Mari kembali ke beberapa hari sebelumnya di Yerusalem. Sepanjang tiga tahun lebih pelayanan Yesus, murid-murid menyadari bahwa mereka lebih sering mengalami ancaman pembunuhan, dan dilempari batu. Tetapi hari itu, sepertinya menjadi awal yang baru, Yesus masuk ke Yerusalem dieluk-elukkan. Para murid berpikir bahwa Mesias sudah dinyatakan, pembebasan Israel tinggal tunggu waktu saja. Tetapi hanya dalam hitungan jam, pengharapan mereka, visi mereka dihancurleburkan.
Saya beryukur bahwa salah satu anugerah Tuhan yang begitu besar adalah Dia menolak mengabulkan beberapa doa dan harapan kita. Mengapa? Supaya kita sungguh paham bahwa doa dan pengharapan-pengharapan duniawi kita, sungguh bertentangan dengan kehendak-Nya. Jangan ciptakan visi kita sendiri, kenali visi Allah, dan kita akan melihat selalu kehadiran Yesus dalam hidup kita. Dengarkan Dia bersabda, dan hati kita akan berkobar-kobar oleh Firman-Nya (Lukas 24:32).
Ketiga, seringkali kita meminta bukti tentang kehadiran Yesus. Berapa banyak orang Kristen yang berkata, “saya tidak merasakan kehadiran-Nya di Gereja”? Berapa banyak pelayan yang mengkritik para worship leader dengan mengatakan “pujian penyembahan tadi rasanya hampa, tidak ada kehadiran Allah”? Berapa banyak di antara kita yang berpikir bahwa kehadiran Allah itu seperti sebuah sensani aneh di tengkuk, bahwa kehadiran Allah itu berarti rasa haru yang khusus, bahwa kehadiran Allah itu selalu disertai dengan berkat kelimpahan yang besar?
STOP! Jangan-jangan kita ini menjadi seperti Tomas Didimus, yang tidak menyadari kehadiran Yesus kecuali mencucukkan jari kita ke dalam bekas paku dan tombak itu? Jangan-jangan kita ini menjadi seperti dua orang murid di Emaus itu, yang baru mengenali kehadiran Yesus saat “berkat berlimpah” dipecahkan di hadapan kita?
Ubahlah paradigma kita! Tidak ada yang salah dengan “merasakan” hadirat Allah. Tetapi TUHAN Yesus tidak punya kewajiban untuk selalu membuktikan kehadiran dan penyertaan-Nya kepada kita. Merasakan ataupun tidak merasakan, yang saya tahu kehadiran-Nya nyata dalam hidup saya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yohanes 20:29). Dan berbahagialah kita yang percaya, karena kita akan melihat.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.