Kriwikan Dadi Grojogan

      No Comments on Kriwikan Dadi Grojogan

Yang pernah belajar bahasa Jawa di SD, paribasan ini pasti sudah tidak asing. Paribasan itu adalah bahasa Jawa untuk peribahasa. Ya, “kriwikan dadi grojogan” itu adalah salah satu paribasan yang dipakai untuk menunjukkan perkara atau masalah kecil/sepele tetapi menjadi masalah yang besar.

Dulu pas belajar bahasa Jawa, ya yang penting tahu artinya saja, supaya waktu keluar di soal tes — dan ini paribasan pasti muncul — bisa menjawabnya. Toh artinya tidak terlalu sukar. Tetapi, menginjak dewasa ada perubahan pikiran mengenai paribasan ini. Bagi saya suatu perkara bisa saja grojogan, tetapi bagi orang lain hanya kriwikan. Maksud saya, hal sepele atau perkara besar itu bisa berbeda-beda antarorang. Saya berikan beberapa gambaran.

Di rumah, saya menyediakan empat keranjang sampah. Dua di luar rumah, satu di dapur, dan satu di dalam kamar. Tentu tahu mengapa saya buat demikian, mana sampah yang di luar, mana sampah yang bisa dimasukkan di keranjang sampah yang di kamar. Tetapi beda dengan istri saya, setelah anak-anak makan es krim, karena lebih dekat, ya dibuanglah bekas wadah es krim itu ke keranjang sampah di dalam kamar. Katanya, “ah, sama-sama tempat sampah.”

Atau minum air mineral gelas, belum habis airnya, langsung buang saja ke tempat sampah. Atau beli es teh di dalam plastik, sama belum habis es tehnya, buang begitu saja ke tempat sampah. Bukankah kalau memang belum habis es tehnya dan tidak berniat menghabiskan, ya buang dulu es teh sisanya di wastafel atau di saluran air, baru buang plastiknya ke tempat sampah.

Nah, bagi orang lain sesuatu hal bisa saja ah itu kan sepele, masalah kecil, tetapi bagi saya itu bisa jadi masalah besar. Atau bisa lihat gambar di bawah ini.

Apa ini namanya? Pijakan kaki sepeda motor, atau lebih keren dengan sebutan footstep. Pijakan kaki ini perkara kecil kan? Tetapi footstep ini bisa jadi masalah besar kalau diadu dengan tibia kita to.

Makanya saya mengatakan kalau kriwikan bagi orang lain bisa jadi grojogan bagi saya. Ini beberapa daftar perkara yang bagi saya merupakan grojogan, sementara bagi orang lain merupakan kriwikan, selain yang sudah saya tuliskan di atas.

  • AC atau kipas angin yang tidak dimatikan ketika ruangan sudah tidak digunakan, apalagi kalau saya yang bayar listriknya.
  • Ember kamar mandi yang tidak penuh karena pemakai sebelumnya malas membuka kran air. Mbok ya tenggang rasa dengan orang yang akan memakai sesudahnya. Anda apa tidak tahu susahnya orang kebelet melihat ember kosong?
  • Berulang kali mencetak/print pekerjaan yang sama karena berulang mengedit. Apa susahnya sih teliti dulu sebelum mencetak? Tahu tidak berapa batang pohon dibabat untuk membuat 1 rim kertas? Dan saya pernah dijawab, “tidak pengaruh, sudah terlalu banyak pohon yang ditebang”.
  • Parkir motor dengan standar tengah atau standar samping. Parkir motor dengan standar tengah itu lebih menghemat ruang daripada dengan standar samping. Tidak percaya? Sila belajar ulang ilmu trigonometri.
  • Kalau mencetak file yang tanpa warna, mengapa tidak menggunakan printer laser saja, mengapa harus menggunakan printer berwarna?

Tentu saja masih banyak perkara lainnya sih. Tetapi ada juga yang bagi orang lain merupakan perkara penting, bagi saya hanya masalah sepele. Kalau saya fotokopi, mau satu lembar harga Rp. 200 atau Rp. 300 tidak ada bedanya. Tetapi bagi seorang bendahara suatu dinas pemerintahan, waktu saya mengganti nota fotokopinya, akan jadi masalah besar kalau pagunya fotokopi itu Rp. 300 perlembarnya. Tentu saja saya tidak boleh seenaknya komentar, “Ah, tinggal tulis di laporan to, wong sama-sama fotokopi.”

Bagaimana kita memahami adab, etika, norma, aturan dalam sebuah komunitas, di situ paradigma kita terhadap perkara besar dan hal sepele dibentuk. Mustinya, ketika kita berada dalam suatu komunitas, pola pikir tentang mana kriwikan dan mana grojogan sama di antara satu dengan yang lain, selama kita memiliki penangkapan yang sama tentang adab, etika, norma, atau aturan di komunitas itu.

Mendengarkan musik itu hak semua orang, tetapi apakah adabnya volume harus selalu 100% sampai tetangga 1 RT dengar semua? Belajar gitar boleh-boleh saja, tetapi apakah juga beretika latihannya jam 1 dini hari? Tidak ada yang akan mengganggu hak Anda untuk merokok, tetapi merokok di dalam ruangan dengan abu yang tercecer kemana-mana? Rapat menyusun program dan anggaran tidak mau terlibat, tetapi di tengah jalan minta ini itu?

Ayolah, pahami adab, etika, norma, dan aturan di komunitas di mana kita terlibat. Tetapi, ya kembali ke itu tadi ya, bagi saya bisa jadi grojogan, bagi Anda hanya jadi kriwikan.

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.