Ada jenis hamba yang dibenci Kristus. Kita bisa menemukannya dalam perumpamaan tentang tiga hamba.
“Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.”[1]
Dari kisah di atas kita tahu bahwa Tuhan memuji dua hamba, yang masing-masing menerima lima talenta dan dua talenta. Sementara pada hamba yang menerima satu talenta, Tuhan menyebutnya jahat dan malas. Perhatikan hal ini, bagi Tuhan kemalasan dan kejahatan itu ada pada level yang sama.
Seperti pernah saya tuliskan dalam sebuah kicauan: “Pemalas itu selalu rajin … rajin membuat alasan”. Saya kenal seorang profesor yang selalu mengucapkan “no excuses” kepada mahasiswanya yang tidak menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan. Beliau mengatakan ini, “kalau Anda punya waktu untuk membuat alasan, sesungguhnya ada waktu untuk Anda mengerjakan tugas”. Mungkin memang demikian tipikal para pemalas, cakap membuat alasan.
Yang paling mengerikan dari seorang hamba yang malas adalah harga yang harus dibayarnya, dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di mana ada ratapan dan kertak gigi. Tidak perlu dibuat tafsiran di sini, karena bagi Kristus hamba yang malas itu tidak berguna bagi-Nya.
Kalau begitu hamba seperti apa yang dinantikan oleh Tuhan Yesus? Jawabannya jelas, hamba yang setia.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
- [1]Matius 25:14-30↩