Entah mengapa mie instan buatan istri rasanya selalu lebih enak dari buatan saya sendiri. Apakah Anda mengalami rasa yang sama?
Kebetulan istri saya adalah orang yang jarang masak. Apalagi soal urusan makanan instan, sangat-sangat jarang sekali. Cuma, ini malam istri memasakkan mi instan, dan saya sempat membaca kemasan mie instan itu di bagian kadar gizinya.
Okay, tentu saya sedang tidak akan menulis tentang mie instan. Saya sedang membandingkan mie instan ini dengan beberapa model pelayanan yang pernah saya lihat.
Memang ada pelayanan instan? Ya, maksud saya adalah pelayanan yang disiapkan dalam “tempo sesingkat-singkatnya”. Apakah model pelayanan ini berhasil? Kadangkala saya melihat pelayanan instan semacam ini juga tidak dapat dikatakan gagal. Entah karena keahlian orang-orangnya atau karena belas kasihan Tuhan.
Sebagaimana mie instan yang punya kandungan gizi, model pelayanan instan macam ini juga bukannya tidak berkualitas. Apakah gizi dalam sebungkus mie instan cukup? Saya tidak ragu untuk menjawab YA. Gizi dalam mie instan itu jelas cukup UNTUK SEKALI penyajian.
Pertanyaannya, apakah karena gizi dalam mie instan itu cukup, maka kita akan memilih untuk setiap saat menyantap mie instan? Nah, itu lho yang mau saya tekankan.
Kecenderungannya adalah ketika kita mempersiapkan pelayanan dalam waktu singkat, dan Tuhan membuatnya berhasil, kita akan kembali mengulang model yang sama. Seringkali kita berpikir bahwa kalau dalam waktu singkat pelayanan bisa sukses, mengapa memperpanjang waktu persiapannya?
Saya tidak hanya sedang berbicara tentang panjang pendeknya waktu persiapan pelayanan. Saya sedang menekankan tentang perlunya perencanaan dan persiapan yang matang dari sebuah pelayanan.
Bukankah kutipan manajemen mengatakan, “mereka yang gagal merencanakan sedang merencanakan untuk gagal”?
Sebuah Amsal menyatakan demikian
Orang yang tak berpengalaman percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. [1]
Jangan karena kita merasa ahli, lalu kita mengabaikan perencanaan dan persiapan pelayanan. Untuk masa depan kita sendiri, kita bisa mempersiapkan segala sesuatunya, merencanakan dengan sebaik-baiknya. Masakan untuk kemuliaan Tuhan, kita maunya yang cepat-cepat.
A simple man believes everything, but the prudent man carefully considers his ways.[2]
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Pingback: Tidak Ada Pelayanan Yang Tidak Membutuhkan Persiapan – Blognya Martianus
Pingback: Permata: surat terbuka untuk para singer gereja – Blognya Martianus