GRATIA RADINAN, itu nama yang bapak dan ibumu ini pilihkan untukmu. Tidak pernah mudah untuk kehilangan dirimu, anakku. Hanya satu pekan kami menyadari kehadiran dirimu, dan engkau harus kembali kepada kekekalan, kepada Tuhan Yesus yang mencintaimu. Ibumu dan aku mengucap syukur Tuhan menitipkan engkau pada kami walau dalam waktu yang teramat pendek.
Rabu, 13 Juli 2016 tepat lima bulan pernikahan ibumu dan bapakmu ini, dokter mengatakan kalau engkau positif hadir di rahim ibumu. Early pregnancy katanya, kehamilan ibumu masih di bawah 4 minggu. Engkau pasti tahu kedua orang tuamu ini paling sukar mengekspresikan emosinya. Tapi, sukacita itu sesungguhnya tidak terbendung di hati kami. Kehadiranmu ditunggu dan didoakan banyak orang. Kedua kakek dan nenekmu sudah langsung wanti-wanti kepada ibu dan bapakmu ini. Saudara-saudara dan kawan-kawan terdekat mengucapkan selamat. Sepanjang hari-hari itu, engkau pasti ingat kalau bapakmu ini sering membisikkan cerita hari itu lewat perut ibumu, dan ibumu tertawa mendengar ceritaku kepadamu.
Rabu, 20 Juli 2016, ibumu mengalami pendarahan, meskipun tidak ada rasa sakit yang dirasakan oleh ibumu. Kami berdua langsung ke rumah sakit. Ibumu harus dirawat inap. Jumat, 22 Juli 2016 dokter melakukan USG ke ibumu. Ukuranmu yang sebelumnya bertumbuh, kini malahan mengecil. Dokter mengatakan harus dilakukan operasi kuretase. Itu berarti kami harus kehilanganmu. Ibumu adalah wanita yang begitu kuat. Kalimat yang segera keluar dari mulut ibumu adalah, “Ini yang terbaik.”
Bapakmu ini berusaha kuat dan mengucap syukur. Sepanjang lorong rumah sakit itu, di dalam lift, sampai kembali ke kamar tempat ibumu dirawat, dalam hati aku mengulang pernyataan ini, “Terima kasih Yesusku.” Di dalam kamar, ibumu berbaring, kami berdua terdiam cukup lama, sembari aku mengusap perut ibumu. Setelah cukup lama, bapakmu ini berkata, “Anak ini anugerah Tuhan ‘kan?”, lalu kami berdua meneteskan air mata. Dalam isak, ibumu dan bapakmu memutuskan untuk memberi nama kepadamu. Kedua nenek dan kakekmu langsung memberi semangat, dukungan tak henti datang dari keluarga besar, dan para sahabat.
Sabtu, 23 Juli 2016 jam 10 pagi direncanakan operasi kuretase. Sejak pagi, keluarga besar sudah datang. Kamar rumah sakit yang kecil itu tidak muat menampung mereka. Sebelum mereka datang, ibumu dan aku memutuskan namamu ini: GRATIA RADINAN.
Engkau mungkin bertanya, mengapa ibumu dan bapakmu memberi nama ini. Ibumu dan aku percaya bahwa engkau semenjak usia satu hari pun adalah seorang pribadi – dan seorang pribadi punya nama. Memang hanya sebentar engkau bersama dengan kami. Kami belum sempat memberikan kasih sepenuhnya sebagai seorang ibu dan bapak. Tetapi, ibumu dan bapakmu ini tahu untuk memperlakukanmu sebagai seorang pribadi.
Ibumu berpendidikan teologia, bapakmu ini mengajar di sekolah teologia. Seringkali ada pertanyaan, kalau ada bayi yang meninggal sebelum dilahirkan atau saat dilahirkan, akan pergi ke mana. Sampai sekarang pun kami tidak bisa menemukan dasar teologisnya. Tetapi melampaui semua ilmu teologia yang kami miliki, kami percaya hal ini. Engkau datang dari kekekalan, dan kembali kepada kekekalan. Maka, kami juga percaya sekali waktu nanti kita akan bertemu di kekekalan. Dan di sana, ibumu dan bapakmu ini ingin memanggilmu dengan sebuah nama.
GRATIA, itu dari bahasa Yunani, anakku. Artinya adalah anugerah. Ibumu dan bapakmu percaya bahwa engkau adalah anugerah Tuhan Yesus bagi kami. Kehadiranmu adalah anugerah, dan saat Tuhan memanggilmu, itu pun anugerah bagi kami. Ibumu dan bapakmu belajar dari Ayub yang mengatakan, “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!”.
Orang bertanya-tanya, “Apa sebabnya? Lemah kandungan, kelelahan, atau apa?” GRATIA, itu alasan kami menamaimu. Kepergianmu adalah anugerah Tuhan. GRATIA, anugerah, tidak ada yang salah. Ibumu dan bapakmu ini memutuskan, tidak ada yang salah, tidak ada yang perlu dipersalahkan. Semuanya adalah anugerah Tuhan. Selesai operasi, ibumu mengucapkan kalimat ini kepadaku, “Tidak lagi bersedih ya mas. Anak kita sudah di tangan Tuhan, dan itu adalah tempat yang terbaik baginya”.
RADINAN, itu dari bahasa Jawa, artinya jalan. Anakku, terima kasih sudah memberi jalan kepada adik-adikmu yang akan lahir setelah ini. Mereka akan mendengar kisah tentang kebaikan kakak perempuannya.
Kakak perempuan? Iya, ibumu juga sempat bertanya mengapa dinamai anak gadis. Sedikit pelajaran Sains ya anakku. Semua kita dikandung sebagai perempuan. Sebelum usia kehamilan 8 minggu, kita semua adalah perempuan. Baru setelah waktu itu, hormon dan pertumbuhan yang menentukan apakah kita akan lahir sebagai perempuan atau laki-laki.
Waktu engkau masih ada di rahim ibumu, engkau sering mendengar cerita lucu dari bapakmu ini tentang ibumu. Ibumu adalah perempuan yang begitu penuh semangat dan ceria. Waktu bapakmu menulis ini, ibumu sudah istirahat. Baru saja minum obat setelah ngemil kuaci putih. Tahu kan kuaci? Itu lho makanan kecil yang biasanya dibuat dari biji bunga matahari. Kata ibumu, semenjak tahu positif mengandung engkau, pengin sekali makan kuaci putih – itu dari biji buah Waluh. Tapi kok ya seminggu bersama denganmu, cari-cari juga tidak pernah ketemu yang jual kuaci putih. Baru setelah engkau pergi, kemarin nenekmu mendapatkan dan membawakan kuaci putih. Ibumu sedikit bercanda berkata, “kemarin anak kita pengin kuaci putih tidak keturutan, sekarang biar ibunya yang merasakan” 🙂
GRATIA RADINAN, kita pasti bertemu kembali di kekekalan. Tunggu ya, ibumu dan bapakmu berjuang dalam kehidupan ini supaya kita bersama bertemu dalam Kerajaan Surga yang kekal itu. Bertemu engkau lagi di sana, akan menjadi salah satu motivasi tambahan kami untuk menggapai langit baru dan bumi baru.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.