Pekerjaanmu = pelayananmu

      2 Comments on Pekerjaanmu = pelayananmu

“Bagaimana ya, bos menyuruh saya lembur di hari Minggu. Jadi tidak bisa ke gereja ‘kan. Bisa-bisa ditegur gembala ini”.

Di atas adalah salah satu kalimat yang sering saya dengar dari para pekerja. Hal ini sering diperparah dengan “ancaman” dari pendeta atau gembala yang menyuruh mereka memilih. “Ya silakan, pilih mana pelayanan atau pekerjaan? Pilih cari uang atau cari Tuhan?”. Bukannya saya mengatakan bahwa Anda tidak perlu ke gereja di hari Minggu, tetapi saya rasa pernyataan di atas adalah dikotomi yang dangkal. Bagaimana jika Anda adalah orang Kristen yang berjualan di tempat wisata yang hanya ramai waktu hari Minggu?

Sekali lagi, bukan maksud saya membolehkan Anda tidak ke gereja di hari Minggu. Perhatian saya tertuju pada dikotomi yang dangkal di atas. Seakan-akan Tuhan hanya bisa hadir di gereja dan tidak mungkin hadir di tempat kerja atau tempat lainnya. Seakan-akan pelayanan di gereja harus ditempatkan pada prioritas yang lebih tinggi daripada pekerjaan.

Seperti judul yang saya tulis di atas, pekerjaanmu = pelayananmu, rasul Paulus punya nasihat tentang hal ini.

Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.[1]

Perhatikan ayat 7, “… dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia”. Ketika kita mengerjakan pekerjaan kita, kita sedang melayani Tuhan. The Message membuat farafrase seperti ini:

And work with a smile in your face, always keeping in mind that no matter who happens to be giving the orders, you’re really serving God.[2]

Kalau saya yang disuruh membuat terjemahannya, saya akan menuliskan “Bekerjalah dengan senyuman, tanamkan di dalam hatimu bahwa siapapun bosmu, sesungguhnya engkau sedang melayani Bos di atas segala bos”.

Kalau Anda seorang pegawai atau pekerja, tentu kita punya bos atau atasan. Dalam tulisannya di atas rasul Paulus menekankan bahwa kita harus menempatkan atasan kita ini dalam posisi yang tepat, bahkan dituliskan “seperti … kepada Kristus”. Ada sikap yang Alkitab mau dari kita orang Kristen terhadap atasan kita dalam pekerjaan.

Pertama, Tuhan mau kita taat kepada atasan kita dengan takut dan gentar dan dengan tulus hati. Orang Kristen harus menunjukkan diri sebagai seorang pekerja yang patuh kepada atasannya, bukan pekerja yang memberontak, bukan pegawai yang senang menyanggah dan melawan bosnya. Sampai di mana batas ketaatannya? Bagaimana misalnya jika bos kita menyuruh kita – katakanlah seperti – mengubah angka di nota atau kwitansi? Kita diciptakan Tuhan dengan kecerdasan ilahi, tidak perlu hukum tertulis untuk menjawab pertanyaan ini kan? Pekalah kepada suara Roh Kudus dalam kondisi-kondisi yang khusus semacam itu.

Kedua, Tuhan mau kita tidak menjadi seorang penjilat. Perhatikan ayat di atas, “… dengan tulus hati … jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang …”. TUHAN kita sebagai Bos di atas segala bos bukan Tuhan yang bisa dijilat atau disuap dengan apapun, maka Dia memerintahkan kita bekerja dalam ketulusan hati. Saat tidak dilihat oleh atasan kita, maupun sedang diperhatikan, kita musti bekerja dengan sungguh-sungguh. Dengan bekerja dalam ketulusan hati, hati Tuhanlah yang disenangkan.

Dengan menjadi pekerja atau pegawai yang demikian kita “telah berbuat sesuatu yang baik”[3], dan olehnya menerima balasan dari Tuhan. Perhatikan ini, balasannya bukan hanya datang dari atasan atau bos kita, melainkan dari Tuhan. Kalaupun bos kita atau atasan kita tidak memberikan penghargaan yang selayaknya atas kerja keras kita, ingat bahwa BOS yang di Sorga itu sendiri yang akan memberikan balasan.

Bagaimana jika kita memiliki usaha sendiri, Anda adalah bos di perusahaan Anda, apa yang harus dilakukan dalam pekerjaan. Rasul Paulus memberikan peringatan di ayat 9.

Masters, be good to your slaves in the same way. Do not say things that will frighten them. Do not say that you will punish them for no good reason. Remember that both you and your slaves have the same Master in heaven. And everyone in important to him. He is never kinder to one person than he is to another person.[4]

Slave owners, you must treat your slaves with this same respect. Don’t threaten them. They have the same Master in heaven that you do, and he doesn’t have any favorites.[5]

Jadi, jika Anda saat ini sedang lembur, sedang bertugas di lapangan, sedang dalam perjalanan dinas, sedang menulis laporan, sedang mengajar, sedang memperhatikan harga saham, atau sedang menghitung gaji pegawai, ingatlah bahwa kita sedang melayani Tuhan.

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

  1. [1]Efesus 6:5-8
  2. [2]Ephesians 6:7 – The Message
  3. [3]ayat 8
  4. [4]Ephesians 6:9 – Easy English
  5. [5]Ephesians 6:9 – Contemporary English Version

2 thoughts on “Pekerjaanmu = pelayananmu

  1. Satria

    Loh konteksnya kan melayani Tuannya (bosnya)
    Jadi mana yg benar ini?
    Jgn samakan dan campurkan ke pelayanan hari minggu.. disini sdh salah fatal krn sdh mencapur adukkan..
    Dan di ayat 7 itu layani dgn senyuman atau rela? Ini jg sangat berbeda sifatnya..

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.