Menarik mencermati kisah hidup Saul, raja pertama Israel. Di saat orang Israel menuntut seorang raja, Tuhan memilih Saul ini. Kita bisa membaca bagaimana dalam masa kesesakan, Saul yang adalah raja ini mewujud menjadi seorang pembebas Israel, seorang pahlawan di mata bangsa Israel. Sayangnya hal ini tidak berlangsung lama. Saat Daud diurapi oleh Samuel untuk menggantikan Saul yang mengecewakan Tuhan, kita melihat sebuah sisi gelap dari seorang Saul.
Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul mendengki Daud.[1]
Saul begitu mencintai egonya, maka ketika egonya terluka, dia bereaksi keras. Saul sangat mencintai kedudukannya sebagai raja, maka saat dia merasa jabatannya terancam, dia membela mati-matian. Semenjak waktu itu Saul merencanakan semua strategi untuk membunuh Daud.
1 Samuel 18:13, 17, 25 menunjukkan bagaimana semua strategi Saul untuk membunuh Daud. Saul yang pada mulanya adalah seorang pahlawan Tuhan, kini menjadi musuh-Nya.
Apa yang Anda cintai bisa membuat Anda menjadi musuh Tuhan
Yang dulu dilakukan Saul kepada Daud, kemudian dilakukan Daud kepada Uria, bahkan Daud meniru strategi yang dikerjakan oleh Saul.
Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: “Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku.” Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud. Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang. Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: “Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu.” Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja. Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya. Diberitahukan kepada Daud, demikian: “Uria tidak pergi ke rumahnya.” Lalu berkatalah Daud kepada Uria: “Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?” Tetapi Uria berkata kepada Daud: “Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!” Kata Daud kepada Uria: “Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi.” Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya. Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perataraan Uria. Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati.”[2]
Daud begitu mencintai nafsunya. Dia lebih takut kehilangan nama baiknya daripada takut berdosa kepada Tuhan.
Dua orang raja Israel ini pada mulanya adalah orang-orang yang sukses, baik di mata manusia maupun di mata Tuhan. Apakah kesuksesan akan selalu menjadi jerat bagi manusia? Saya rasa tidak demikian. Saya tahu banyak orang yang sukses di mata dunia dan sekaligus hidup berkenan di hadapan Tuhan.
Yang ingin saya ingatkan hari ini adalah kalau kita mencintai sesuatu atau seseorang lebih daripaka kasih kita kepada Tuhan, di situlah kita masuk dalam golongan musuh-musuh Tuhan.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.