Sejarah pembagian Alkitab dalam pasal dan ayat

reading-bible-blueLima kitab pertama dalam Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Ulangan, dan Bilangan) pada mulanya ditulis sebagai satu gulungan kitab/satu buku. Tidak diketahui tepatnya waktu pembagian lima kitab itu, yang jelas pembagiannya sudah sangat kuno dan salah satu prinsipnya adalah keserasian acuan antarlima kitab tersebut. Pembagian lima kitab itu terus diikuti oleh terjemahan Septuaginta (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) hingga sekarang ini.

Dua kitab Samuel pada awalnya merupakan satu buku, demikian juga dengan kitab Raja-raja dan kitab Tawarikh. Meskipun kita mengakui pemisahan ini, hal ini harus terus diperhatikan, supaya tidak memutus hubungan di antara kitab-kitab tersebut.

Cardinal Hugo, yang hidup di pertengahan abad XIII, mempersiapkan konkordansi Alkitab terjemahan Vulgata (Alkitab dalam bahasa Latin). Dengan tujuan ini, beliau membagi kitab-kitab dalam Alkitab menjadi pasal-pasal, yang terbukti cukup berguna bagi para pembaca untuk menemukan bagian-bagian tertentu.

Dua abad kemudian, seorang rabi Yahudi, Mordecai Nathan, bertugas mempersiapkan konkordansi Perjanjian Lama berbahasa Ibrani. Mengadopsi cara Cardinal Hugo, beliau membagi Perjanjian Lama dalam ayat-ayat.

Robert Stephens, salah seorang yang terkenal dalam pencetakan dan penerbitan Alkitab berkewarganegaraan Perancis, menggabungkan dua sistem terdahulu – pasal dan ayat – dan mencetak seluruh Perjanjian Baru dalam pembagian pasal dan ayat ini di tahun 1551.

Sekitar lima belas atau enam belas tahun kemudian, Archbishop Inggris, Parker, menerbitkan Alkitab – Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – dalam bahasa Inggris, seluruhnya dengan pembagian pasal dan ayat.

Tradisi ini kemudian diikuti oleh terjemahan-terjemahan Alkitab yang lain hingga saat ini. Termasuk juga pembagian dan pemberian judul perikop. Nah, itulah sejarah pembagian Alkitab hingga yang kita baca sekarang ini.

Mengapa ini penting diketahui supaya kita memahami Alkitab sebagai kesatuan utuh, tidak terpecah-pecah. Maka, adalah tidak pas jika mendasarkan teologia atau dogmatika pada satu dua ayat tanpa melihat keseluruhan tema Alkitab atas hal tersebut.

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.