Beberapa waktu yang lalu, saya berkorespondensi dengan seorang pengunjung blog ini berkaitan dengan beberapa praktik gereja-gereja modern, di antaranya adalah tentang persembahan dan kesembuhan ilahi. Saya menjanjikan untuk segera menuliskan mengenai dua hal ini di blog. Maka, saya membuka sebuah seri tulisan yang baru tentang kesembuhan ilahi.
Kalau kita perhatikan banyak KKR yang diadakan, salah satu ciri khasnya adalah terjadinya kesembuhan ilahi. Banyak pertanyaan yang sering diajukan kepada saya, salah satunya adalah mengapa ada yang disembuhkan dan mengapa ada yang tidak mengalami kesembuhan. Kalau kita bertanya kepada hamba-hamba Tuhan yang sering memimpin KKR-KKR semacam itu, jawaban yang sering kita dapat adalah karena kurangnya iman, atau masih ada dosa tersembunyi, atau masih ada kepahitan dan belum mengampuni, sampai kepada alasan belum membayar persepuluhan.
Karena saya orang Kristen, saya percaya jawabannya ada di Alkitab. Maka melalui seri tulisan ini, saya akan meneliti semua kesembuhan ilahi yang dicatat oleh Alkitab. Pastinya akan butuh waktu lama untuk menyelesaikannya, tetapi mohon bersabar supaya kita bisa tahu kebenarannya.
Tujuan meneliti catatan Alkitab tentang kesembuhan ilahi ini adalah untuk menemukan pola berulang, satu atau lebih kesamaan di antara peristiwa-peristiwa itu, sehingga kita bisa mengatakan bahwa inilah syarat mutlak terjadinya kesembuhan ilahi. Nah, karena itu saya mengajukan sebuah hipotesa terlebih dahulu. Hipotesa saya adalah sesungguhnya tidak ada pola berulang, ataupun kesamaan(-kesamaan), yang bisa menjadi syarat mutlak seseorang mengalami kesembuhan ilahi. Saya berharap di akhir seri tulisan ini, akan bisa dibuktikan apakah hipotesa yang saya susun ini benar atau salah.
Kita mulai dulu dari kitab-kitab di Perjanjian Lama, karena Perjanjian Lama juga mencatat beberapa kisah kesembuhan ilahi. Saya temukan kisah kesembuhan ilahi di Kejadian 20. Ketika itu semua perempuan di istana Abimeleh – termasuk istri Abimelekh – tidak bisa melahirkan anak, karena Tuhan telah menutup kandungan mereka[1].
Apa sebabnya? Apakah karena Abimelekh berdosa atas niatnya mengambil Sara menjadi istrinya? Tidak! Sesungguhnya sakitnya para wanita itu – tertutupnya kandungan – adalah the divine act of prevention – sebuah tindakan pencegahan ilahi dari Tuhan sendiri supaya Abimelekh tidak berbuat dosa, karena Allah sendiri tahu ketulusan hati Abimelekh[2].
Jadi, jika ada yang mengatakan kalau seseorang tidak mengalami kesembuhan ilahi itu lantaran orang itu berdosa, adalah sebuah kesimpulan yang ngawur dan asal-asalan. Saya bukan orang medis, tetapi saya musti mengatakan ini – Alkitab sendiri menyatakan bahwa tidak semua penyakit datang karena dosa!
Lalu, bagaimana supaya para wanita itu mengalami kesembuhan? Ada pernyataan Allah sendiri, bahwa mereka bisa sembuh dan selamat asalkan Abraham – nabi-Nya – berdoa untuk mereka, dan Abimelekh mengembalikan Sara.
Dari sini kita bisa mendapatkan prinsip bagaimana kesembuhan ilahi terjadi. Pertama, ada pernyataan Allah sendiri bagaimana kesembuhan bisa terjadi. Kedua, ada doa dari hamba-Nya. Ketiga, ada pertobatan. Tapi tunggu dulu, kalau kita baca Kejadian 12:10-20, kita menemukan kisah yang begitu mirip. Tuhan juga menimpakan tulah, tetapi di sana tidak dicatat ada pemulihan dari tulah. Doa dari seorang hamba Tuhan tidak menjamin terjadinya kesembuhan ilahi, jika tidak ada pernyataan khusus dari Allah.
Lihat dua kisah ini, yang begitu mirip, tetapi dengan dua penyelesaian yang jauh berbeda. Artinya, tiga prinsip di atas, tidak bisa berlaku untuk semua kondisi, bahkan untuk dua kondisi yang sama persis sekalipun. Ketiga prinsip itu hanya berlaku khusus dan terbatas untuk kisah kesembuhan ilahi yang terjadi atas Abimelekh dan istananya.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Pingback: Kesembuhan ilahi: Miryam