Mujizat: inisiatif Allah atau kemanjaan kita?

image taken from http://honest2blog.wordpress.com/

Sebenarnya sudah dapat hal ini beberapa hari yang lalu, tapi belum sempat saya tulis di blog, hanya sempat saya tulis di Twitter. Kebetulan kemarin mendadak harus berkhotbah, dan saya khotbahkan hal ini.

Ya, ini berkenaan dengan mujizat. Ini saya dapatkan sewaktu merenungkan perjalanan bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. TUHAN mengerjakan mujizat-mujizat-Nya atas Israel, dan saya menemukan perbedaan yang sangat jelas di antara mujizat-mujizat itu. Saya kelompokkan dalam dua kategori:

 Kategori IKategori II
1. Air manis di Mara (Keluaran 15:22-26)2. Manna dan burung puyuh (Keluaran 16:1-14)

3. Air dari gunung batu di Masa dan Meriba (Keluaran 17:1-6)

1. Sepuluh tulah di tanah Mesir2. Menyeberangi Laut Teberau (Keluaran 14:1-31)

3. Kekuatan dari tongkat yang diangkat (Keluaran 17:8-16)

Tentu masih ada mujizat-mujizat yang lain, saya menunjukkan yang di atas sebagai contoh yang jelas. Lihat pada mujizat-mujizat yang saya masukkan dalam kategori pertama! Di sana, mujizat itu terjadi diawali dengan sungut-sungut dan digunakan untuk memuaskan urusan perut saja. Mujizat-mujizat kategori kedua, terjadi atas inisiatif Allah dan mengarah kepada keselamatan Israel.

Begini, contoh pada peristiwa di Mara perhatikan bahwa Israel sudah berjalan tiga hari tanpa air minum. Tiga hari tanpa minum adalah batas normal manusia. Kalau Israel tidak bersungut-sungut, apakah Tuhan tidak akan memberikan air? Saya yakin kepada pemeliharaan Tuhan, saya sangat percaya kepada “inisiatif ilahi” Allah, Dia itu Mahabijaksana lho, pasti mujizat-Nya akan terjadi waktu itu.

Saya akan mengatakan begini, kalau kita bersungut-sungut dan menuntut mujizat untuk kebutuhan jasmani kita, bisa saja Tuhan akan kasih. Tetapi rasa-rasanya kok begitu manja dan kekanak-kanakan ya. Saya bukannya tidak setuju kita berdoa meminta mujizat kepada Kristus, cuma rasanya sebagai orang Kristen dewasa kita perlu menempatkan mujizat dalam pandangan sebagaimana Alkitab memandangnya.

Salah satu kata yang digunakan oleh Alkitab untuk menunjuk mujizat adalah kata “semeion” yang secara harafiah berarti rambu-rambu, petunjuk arah. Maka mujizat tidak seharusnya menjadi pusat dari iman kita. Allah mengerjakan mujizat untuk memberikan kita petunjuk arah pada apa yang seharusnya menjadi pusat iman kita. Apa itu?

“Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yohanes 20:30-31)

Nah, mujizat sebagai “inisiatif ilahi” Allah itu ditujukan supaya kita beroleh keselamatan di dalam Kristus Yesus, sekali lagi KESELAMATAN! Mujizat tidak ada urusannya dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Kalau kita mengaku orang Kristen dewasa, ingatlah hal ini!

=======<0>=======

Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.

CC BY-NC-SA 4.0 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

3 thoughts on “Mujizat: inisiatif Allah atau kemanjaan kita?

  1. Pingback: Mujizat vs magis

  2. Pingback: Berani hidup tanpa mujizat | Martianus' Blog

  3. aan ariandy sakona

    saya butuh mujizat…saya berutang 50 juta rupiah…smua utang itu karena kesalahan saya yang sring berjudi..saya slama ini jauh dari tuhan…saya berjanji jika memang tuhan mapukan saya untuk menerima mujizatnya dan bisa lepas dri hutang2 ini maka saya akan bersaksi di setiap gereja..dan mengabarkan keajaibannya..tp akankan mujizat itu berlaku buat orang kafir seperti saya

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Captcha * Time limit is exhausted. Please reload CAPTCHA.