Lho apakah ada yang bisa menjadi batu sandungan bagi Yesus? Jelas ada, bahkan kita pun bisa menjadi batu sandungan bagi Yesus. Tidak percaya? Silakan baca di Matius 16:23, Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Sekali lagi Alkitab memberikan rhema yang baru kepada saya. Sebelumnya pernah saya tulis tentang ayat ini dalam judul “rasul yang pernah kerasukan iblis“, tetapi baru beberapa hari yang lalu kata “batu sandungan” ini muncul menjadi rhema. Alkitab tidak pernah berhenti mempesona saya.
“Batu sandungan” dalam bahasa aslinya menggunakan kata “skandalon“. Nah, rasanya sudah cukup jelas kan. Apa yang sebenarnya Alkitab maksudkan tentang skandalon ini? O’ya, kali ini saya hanya membahas tentang bagaimana kita bisa menjadi batu sandungan bagi Yesus, saya belum akan membahas tentang menjadi batu sandungan bagi sesama.
Batu sandungan paling tidak mempunyai empat makna berikut ini.
Pertama, menjadi batu sandungan itu berarti menjadi perangkap. Secara harafiah “skandalion” menunjuk kepada jerat tali yang diletakkan di tanah, untuk menangkap hewan. Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa Petrus menjadi batu sandungan bagi Dia, sebenarnya Tuhan Yesus menunjukkan bahwa pemikiran dan perkataan Petrus itu bisa menjadi perangkap bagi Yesus.
Kedua, pemikiran dan perkataan Petrus yang sepertinya adalah kebaikan itu menjadi batu sandungan karena itu adalah tindakan yang menghina Kristus dan mendukakan hati-Nya.
Ketiga, berkaitan dengan skandalion sebagai perangkap, batu sandungan itu berarti Petrus bisa menyebabkan Tuhan Yesus jatuh dalam dosa dengan tidak menuruti kehendak Bapa-Nya.
Keempat, Tuhan Yesus sendiri menyatakan bahwa menjadi batu sandungan bagi diri-Nya itu adalah perkara yang keji.
Pelajaran penting dari ayat di atas dan pengertian tentang “skandalion” ini menunjukkan bahwa bisa saja kita melakukan apa yang kita pikir adalah kebaikan, tetapi jika itu bukan apa yang dipikirkan oleh Allah, maka itu adalah kekejian dan mendukakan hati-Nya.
Pertanyaan, apakah kita bisa menjadi batu sandungan bagi Yesus? Ya, saat kita memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia, bukannya memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.
=======<0>=======
Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.